Home » , , , » Jakarta yang Plural dan Dinamis Butuh Alex Noerdin

Jakarta yang Plural dan Dinamis Butuh Alex Noerdin

Written By forum on Kamis, 26 April 2012 | 00.55


SRIWIJAYA merupakan kerajaan yang paling sukses mempersatukan Nusantara. Meskipun memiliki armada laut yang besar dan kuat, tapi diyakini sejumlah sejarawan Sriwijaya bukan dengan kekerasan menguasai wilayah taklukkannya, melainkan dengan cara damai. Ini sesuai dengan ajaran agama Budha, yang merupakan agama resmi kerajaan, yang mengedepankan kedamaian. 

Dengan konsep damai itu, maka tak heran, karakter pemerintahan Sriwijaya tampak plurali dan dinamis. Mereka membebaskan masyarakat yang di bawah kekuasaannya untuk bebas memilih ajaran agama apa pun, seperti Hindu dan Islam. Mereka juga terbuka dengan berbagai perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang saat itu. Yang penting ilmu dan teknologi itu bermanfaat bagi manusia.

Tak heranlah, jika Palembang yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya saat itu, kebudayaannya merupakan pembauran berbagai kebudayaan di dunia, seperti Cina, India, Timur Tengah, dan Eropa, yang membaur dengan kebudayaan lokal yakni Melayu, Sunda dan Jawa.

Pembauran berbagai kebudayaan tersebut hingga saat ini masih terasa di Sumatera Selatan, khususnya di Palembang. Misalnya dari tradisi makanan, pakaian, musik, termasuk karakter manusianya yang terbuka, egaliter, dan dinamis.

Di masa colonial Belanda hingga Republik Indonesia, pusat pemerintahan di Nusantara bergeser dari Palembang ke Jakarta. Jakarta yang dulunya hanya sebuah kampung, dalam lima abad terakhir menjadi kota tempat berkumpulnya berbagai kebudayaan di Nusantara maupun dunia. Masyarakatnya pun berkembang menjadi masyarakat yang plural dan dinamis.

Jakarta Butuh Alex Noerdin 
Dengan fakta social-budaya yang berkembang pada masyarakat DKI Jakarta tersebut, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang berkarakter plural dan dinamis. Pemimpin yang dapat merangkul berbagai lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang budayanya. Di sisi lain, seorang pemimpin yang dapat menerima berbagai perkembangan ilmu dan teknologi dari luar, yang tentunya berdampak positif bagi masyarakat.

Dalam hal ini, saya menilai DKI Jakarta membutuhkan sosok seperti Alex Noerdin. Yang kebetulan pula dalam Pemilu Kada DKI Jakarta 2012 Partai Golkar mengusung Alex Noerdin sebagai calon Gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017.

Mengapa Alex Noerdin? Seperti yang saya gambarkan di atas, masyarakat Sumatera Selatan yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan Sriwijaya, merupakan masyarakat yang pluralis dan dinamis. Sementara Alex Noerdin merupakan putra terbaik Sumatera Selatan.

Bukti dia merupakan sosok pemimpin yang memiliki spirit Sriwijaya, yakni dia tidak membedakan suku, agama, maupun ras, dalam menyusun kabinet pemerintahannya. Begitu pula sikapnya terhadap berbagai investor dari luar negeri, sejauh mereka professional serta membawa kebaikan bagi pemerintah dan masyarakat Sumatera Selatan.

Di sisi lain, Alex Noerdin juga mampu “menaikkan” harga diri Sumatera Selatan, khususnya Palembang, sebagai kota tertua di Nusantara yang memiliki sejarah yang panjang dan besar. Caranya dia mampu menjadikan wilayah pemerintahannya sebagai tuan rumah atau penyelenggara sejumlah kegiatan international. Baik di bidang olahraga, kesenian, maupun keagamaan. Misalnya penyelenggaraan SEA Games XXVI 2011, serta terakhir Konferensi Parlemen Negara-Negara Islam.

Dengan gambaran di atas, tidaklah salah jika masyarakat DKI Jakarta memilih Alex Noerdin sebagai pemimpinnya, sehingga DKI Jakarta yang saat ini mengalami krisis lingkungan dan social dapat teratasi atau diperbaiki di masa mendatang. 

Oleh Taufik Wijaya
Pekerja seni 
Share this article :

Posting Komentar