Drs. H. Arif Mudasir Mandar
![]() |
Arif Mudatsir |
All our dreams can come true,
if we have the courage to pursue them.
Walt Disney
Walt Disney
PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai
partai yang konsisten berasaskan Islam terus mengalami penurunan dukungan rakyat
dari pemilu ke pemilu. Meski pada Pemilu 2004 PPP masih menempati posisi
ketiga, tetapi kita tidak bisa memungkiri catatan sejarah bahwa sejak Pemilu
1977 hingga Pemilu 2009, PPP selalu mengalami penurunan jumlah suara yang
teraplikasi dalam perolehan kursi legislatif di DPRD dan DPR RI. Catatan
sejarah tersebut merupakan sebuah realitas yang mempertontonkan betapa lemahnya
kinerja PPP sebagai partai Islam dalam meraih simpati rakyat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Demikian ungkap Ketua DPW PPP Jawa Tengah Drs. H.
Arif Mudasir Mandar.
“Realitas tersebut tentunya melahirkan
pertanyaan besar buat kader PPP dalam menyikapi target 12 juta kader potensial
pada pemilu mendatang yang disampaikan Ketua Umum DPP PPP Drs. H. Suryadharma
Ali, M.Si dalam Muktamar PPP VII di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Dari mana kita harus mulai melangkah guna merealisasikan mimpi tersebut dan
adakah kesungguhan serta keberanian dalam diri setiap kader PPP untuk meraih mimpi
tersebut? Karena, seperti apa yang disampaikan Walt Disney, semua impian kita
dapat menjadi nyata jika kita memiliki strategi, kesungguhan, dan keberanian
untuk mengejarnya. Sehingga target tersebut bukan hanya isapan jempol semata,”
ujar Arif panjang lebar.
Menurut Arif, target atau mimpi memang
merupakan bagian penting dalam mencapai kesuksesan. Sebagai makhluk yang
berakal dan berilmu kita jangan hanya bertindak, tetapi juga perlu bermimpi.
Bukan hanya berencana, tetapi juga perlu untuk percaya bahwa impian itu dapat
kita raih. Sebagai kader PPP tentu kita ingin apa yang ditargetkan Ketum DPP
PPP dalam Pemilu 2014 mendatang dapat terealisasi.
“Jangan sampai target di bawah kepemimpinan
SDA periode ke dua ini gagal total seperti target SDA di era kepemimpinnya yang
pertama. Waktu itu, dalam manghadapi Pemilu 2009 SDA memiliki target perolehan
suara sebesar 15 persen dan hasilnya kita tahu sangat jauh dari apa yang telah
ditargetkan. Dalam Pemilu 2009 lalu PPP hanya memperoleh 5,8 persen suara.
Sebuah kenyataan yang cukup pahit jika tak ingin kita katakan sebagai tamparan
keras buat fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP,” ungkap Arif.
Menanggapi kegagalan target atau impian
tersebut agar jangan sampai terulang kembali di masa mendatang, tambah Arif, langkah
bijaksana yang harus ditempuh adalah melakukan intropeksi diri. Selama ini apa
yang telah diperbuat fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP dalam
memperjuangkan aspirasi rakyat. “Kalau memang sudah banyak yang diperbuat untuk
rakyat, apa yang menyebabkan rakyat tetap kurang mempercayai PPP sebagai wadah
yang tepat untuk menyalurkan aspirasi politiknya? Jangan-jangan selaku
fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP selama ini kita hanya pandai
mendengung-dengungkan flatform atau jargon-jargon kepada rakyat tanpa mampu
mengartikulasikan keinginan yang dikehendaki rakyat,” imbuh Arif.
Arif juga menyoroti lemahnya kaderisasi
sebagai salah satu kunci kegagalan PPP dalam merealisasikan impiannya di Pemilu
2009 lalu. Kelemahan itu terlihat dari kurangnya kader-kader PPP yang menonjol
di publik. “Kekurangan ini harus segera dibenahi untuk mencapai target yang
telah dicanangkan SDA agar PPP memiliki 12 juta kader potensial dalam pemilu
mendatang. Sumber daya manusianya harus terus diperkuat agar PPP bisa tampil pada
Pemilu 2014 secara signifikan,” harap Arif.
Ditambahkan Arif, persoalan kaderisasi menjadi
tantangan bagi PPP ke depan. Sebagai partai yang konsisten menjadikan Islam
sebagai asasnya, tentunya PPP harus dapat memenangkan pemilu atau setidaknya
dapat menjadikan ketua umumnya sebagai RI satu atau RI dua di negeri yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. “Peluang PPP untuk merealisasikan mimpi
12 juta kader dalam Pemilu 2014 mendatang yang dicanangkan Ketua Umum DPP PPP
sangat tergantung pada kemampuan kader partai dalam memanfaatkan peluang dan
mengatasi berbagai tantangan yang ada dihadapannya,” tegas Arif.
Menurut Arif, setiap kader partai harus cerdas
membaca tanda-tanda zaman. Rakyat yang semakin cerdas dan semakin sadar kerap
dibohongi politisi yang rajin mengumbar ‘janji-janji’ surga saat pemilu
legislatif maupun pemilu presiden pada akhirnya berbalik membohongi politisi.
“Hal itu terbukti dari banyaknya caleg stres, bahkan ada yang bunuh diri usai
pemilu legislatif 2009 lalu. Politisi tersebut kecewa berat karena tak dipilih
rakyat meski sudah menghambur-hamburkan uang plus janji-janji surga kepada
rakyat,” beber Arif.
Sebuah partai, kata Arif, tak mungkin mampu
meraih simpati rakyat jika SDM para kadernya jauh di bawah SDM masyarakat yang
ada di lingkungannya. Ketatnya persaingan di antara kader parpol dalam meraih
simpati rakyat yang semakin cerdas, tentu harus didukung oleh kader partai yang
memiliki performance yang menyakinkan sebagai juru jual partai jika ingin
keluar sebagai pemenang. “Oleh karena itu menjadi mutlak untuk DPP PPP dibawah
‘komando’ SDA untuk periode ke dua ini meningkatkan SDM kader partai agar
mereka dapat tampil sebagai juru jual partai yang cerdas,” ujarnya.
Sebagai kader partai yang cerdas, menurut
Arif, seyogyanya kita mampu membeberkan bukti-bukti perjuangan kader PPP di
legislatif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat menuju masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur di bawah naungan Allah Subahaanahu wa-Ta’alla. Menuju
kehidupan berbangsa dan bernegara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur.
“Sehingga rakyat menjadi paham dan tahu jelas
bahwa selaku kader PPP kita telah berjuang penuh kesungguhan dalam
memperjuangkan kesejahteraan mereka lahir dan batin. Berupaya keras mencegah
berbagai bentuk kesenjangan sosial, kesenjangan pendidikan, kesenjangan
ekonomi, kesenjangan budaya, termasuk mencegah berkembangnya gaya hidup yang
konsumeristis, materialistis, permisif, dan hedonistis di tengah-tengah
kehidupan rakyat banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan,” imbuh Arif.
Di samping itu, masih kata Arif, setiap
fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP harus lebih mengedepankan solidaritas
rasional demokratik yang berorientasi pada peningkatan kemampuan partai dalam
mengartikulasikan keinginan rakyat dan religius dengan memperlihatkan wajah
Islam yang humanis.
“Sebagai kader partai Islam tentunya kita
harus dapat mentranformasikan nilai-nilai Islam dalam setiap gerakan, baik gerakan
politik maupun gerakan sosial kemasyarakatan kita. Dengan demikian ada
perbedaan yang mendasar antara kita selaku politisi Islam dari partai berasas
Islam dengan politisi Islam dari partai sekuler atau partai nasionalis.
Perbedaan yang pada akhirnya akan menarik simpati rakyat untuk menyalurkan
aspirasi politiknya pada PPP sebagai satu-satunya partai berasas Islam di
negeri berpenduduk Islam terbesar di jagad raya ini,” beber Arif.
Di mana perbedaan fundamental tersebut, tambah
Arif, lahir dari esensi Islam yang rahmatan lil alamin. Sehingga setiap gerakan
fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP selalu melahirkan manfaat buat rakyat.
Dan semua itu dapat diraih jika politisi PPP mengedepankan peran sebagai
politisi Islam yang ber-akhlakul kharimah, sesuai dengan asas Islam yang mejadi
sandaran dasar PPP dalam memperjuangankan kepentingan rakyat. Tanpa akhlakul
kharimah sulit rasanya meraih simpati rakyat dalam upaya merealisasikan mimpi
12 juta kader di pemilu mendatang.
“Sudah cukup kita bermimpi. Kini saatnya kita
selaku fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP saling bergandengan tangan
menyatukan kekuatan dan seiring sejalan dalam perjuangan merealisasikan mimpi. Langkah
perjuangan yang tetap memberi tempat untuk terus mengasah kemampuan diri guna
meningkatkan SDM dalam rangka memperbesar ruang kontribusi kita selaku kader
PPP kepada rakyat. Kita buktikan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa saat ini
kita tengah berjihad membangun Indonesia sejahtera dan mandiri. Jihad yang akan
cepat menjadi nyata jika mendapat dukungan dari rakyat selaku pemegang
kedaulatan tertinggi di negeri ini,” tandas Arif.
Posting Komentar