Home » , » Harus Cerdas Membaca Tanda-Tanda Zaman

Harus Cerdas Membaca Tanda-Tanda Zaman

Written By forum on Selasa, 10 April 2012 | 06.44

Drs. H. Arif Mudasir Mandar

Arif Mudatsir
All our dreams can come true,
if we have the courage to pursue them.
Walt Disney

PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai yang konsisten berasaskan Islam terus mengalami penurunan dukungan rakyat dari pemilu ke pemilu. Meski pada Pemilu 2004 PPP masih menempati posisi ketiga, tetapi kita tidak bisa memungkiri catatan sejarah bahwa sejak Pemilu 1977 hingga Pemilu 2009, PPP selalu mengalami penurunan jumlah suara yang teraplikasi dalam perolehan kursi legislatif di DPRD dan DPR RI. Catatan sejarah tersebut merupakan sebuah realitas yang mempertontonkan betapa lemahnya kinerja PPP sebagai partai Islam dalam meraih simpati rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Demikian ungkap Ketua DPW PPP Jawa Tengah Drs. H. Arif Mudasir Mandar.

“Realitas tersebut tentunya melahirkan pertanyaan besar buat kader PPP dalam menyikapi target 12 juta kader potensial pada pemilu mendatang yang disampaikan Ketua Umum DPP PPP Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si dalam Muktamar PPP VII di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Dari mana kita harus mulai melangkah guna merealisasikan mimpi tersebut dan adakah kesungguhan serta keberanian dalam diri setiap kader PPP untuk meraih mimpi tersebut? Karena, seperti apa yang disampaikan Walt Disney, semua impian kita dapat menjadi nyata jika kita memiliki strategi, kesungguhan, dan keberanian untuk mengejarnya. Sehingga target tersebut bukan hanya isapan jempol semata,” ujar Arif panjang lebar.

Menurut Arif, target atau mimpi memang merupakan bagian penting dalam mencapai kesuksesan. Sebagai makhluk yang berakal dan berilmu kita jangan hanya bertindak, tetapi juga perlu bermimpi. Bukan hanya berencana, tetapi juga perlu untuk percaya bahwa impian itu dapat kita raih. Sebagai kader PPP tentu kita ingin apa yang ditargetkan Ketum DPP PPP dalam Pemilu 2014 mendatang dapat terealisasi.

“Jangan sampai target di bawah kepemimpinan SDA periode ke dua ini gagal total seperti target SDA di era kepemimpinnya yang pertama. Waktu itu, dalam manghadapi Pemilu 2009 SDA memiliki target perolehan suara sebesar 15 persen dan hasilnya kita tahu sangat jauh dari apa yang telah ditargetkan. Dalam Pemilu 2009 lalu PPP hanya memperoleh 5,8 persen suara. Sebuah kenyataan yang cukup pahit jika tak ingin kita katakan sebagai tamparan keras buat fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP,” ungkap Arif.

Menanggapi kegagalan target atau impian tersebut agar jangan sampai terulang kembali di masa mendatang, tambah Arif, langkah bijaksana yang harus ditempuh adalah melakukan intropeksi diri. Selama ini apa yang telah diperbuat fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. “Kalau memang sudah banyak yang diperbuat untuk rakyat, apa yang menyebabkan rakyat tetap kurang mempercayai PPP sebagai wadah yang tepat untuk menyalurkan aspirasi politiknya? Jangan-jangan selaku fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP selama ini kita hanya pandai mendengung-dengungkan flatform atau jargon-jargon kepada rakyat tanpa mampu mengartikulasikan keinginan yang dikehendaki rakyat,” imbuh Arif.

Arif juga menyoroti lemahnya kaderisasi sebagai salah satu kunci kegagalan PPP dalam merealisasikan impiannya di Pemilu 2009 lalu. Kelemahan itu terlihat dari kurangnya kader-kader PPP yang menonjol di publik. “Kekurangan ini harus segera dibenahi untuk mencapai target yang telah dicanangkan SDA agar PPP memiliki 12 juta kader potensial dalam pemilu mendatang. Sumber daya manusianya harus terus diperkuat agar PPP bisa tampil pada Pemilu 2014 secara signifikan,” harap Arif.

Ditambahkan Arif, persoalan kaderisasi menjadi tantangan bagi PPP ke depan. Sebagai partai yang konsisten menjadikan Islam sebagai asasnya, tentunya PPP harus dapat memenangkan pemilu atau setidaknya dapat menjadikan ketua umumnya sebagai RI satu atau RI dua di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam. “Peluang PPP untuk merealisasikan mimpi 12 juta kader dalam Pemilu 2014 mendatang yang dicanangkan Ketua Umum DPP PPP sangat tergantung pada kemampuan kader partai dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi berbagai tantangan yang ada dihadapannya,” tegas Arif.

Menurut Arif, setiap kader partai harus cerdas membaca tanda-tanda zaman. Rakyat yang semakin cerdas dan semakin sadar kerap dibohongi politisi yang rajin mengumbar ‘janji-janji’ surga saat pemilu legislatif maupun pemilu presiden pada akhirnya berbalik membohongi politisi. “Hal itu terbukti dari banyaknya caleg stres, bahkan ada yang bunuh diri usai pemilu legislatif 2009 lalu. Politisi tersebut kecewa berat karena tak dipilih rakyat meski sudah menghambur-hamburkan uang plus janji-janji surga kepada rakyat,” beber Arif.

Sebuah partai, kata Arif, tak mungkin mampu meraih simpati rakyat jika SDM para kadernya jauh di bawah SDM masyarakat yang ada di lingkungannya. Ketatnya persaingan di antara kader parpol dalam meraih simpati rakyat yang semakin cerdas, tentu harus didukung oleh kader partai yang memiliki performance yang menyakinkan sebagai juru jual partai jika ingin keluar sebagai pemenang. “Oleh karena itu menjadi mutlak untuk DPP PPP dibawah ‘komando’ SDA untuk periode ke dua ini meningkatkan SDM kader partai agar mereka dapat tampil sebagai juru jual partai yang cerdas,” ujarnya.

Sebagai kader partai yang cerdas, menurut Arif, seyogyanya kita mampu membeberkan bukti-bukti perjuangan kader PPP di legislatif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur di bawah naungan Allah Subahaanahu wa-Ta’alla. Menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur.

“Sehingga rakyat menjadi paham dan tahu jelas bahwa selaku kader PPP kita telah berjuang penuh kesungguhan dalam memperjuangkan kesejahteraan mereka lahir dan batin. Berupaya keras mencegah berbagai bentuk kesenjangan sosial, kesenjangan pendidikan, kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, termasuk mencegah berkembangnya gaya hidup yang konsumeristis, materialistis, permisif, dan hedonistis di tengah-tengah kehidupan rakyat banyak yang masih hidup di bawah garis kemiskinan,” imbuh Arif.

Di samping itu, masih kata Arif, setiap fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP harus lebih mengedepankan solidaritas rasional demokratik yang berorientasi pada peningkatan kemampuan partai dalam mengartikulasikan keinginan rakyat dan religius dengan memperlihatkan wajah Islam yang humanis.
“Sebagai kader partai Islam tentunya kita harus dapat mentranformasikan nilai-nilai Islam dalam setiap gerakan, baik gerakan politik maupun gerakan sosial kemasyarakatan kita. Dengan demikian ada perbedaan yang mendasar antara kita selaku politisi Islam dari partai berasas Islam dengan politisi Islam dari partai sekuler atau partai nasionalis. Perbedaan yang pada akhirnya akan menarik simpati rakyat untuk menyalurkan aspirasi politiknya pada PPP sebagai satu-satunya partai berasas Islam di negeri berpenduduk Islam terbesar di jagad raya ini,” beber Arif.

Di mana perbedaan fundamental tersebut, tambah Arif, lahir dari esensi Islam yang rahmatan lil alamin. Sehingga setiap gerakan fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP selalu melahirkan manfaat buat rakyat. Dan semua itu dapat diraih jika politisi PPP mengedepankan peran sebagai politisi Islam yang ber-akhlakul kharimah, sesuai dengan asas Islam yang mejadi sandaran dasar PPP dalam memperjuangankan kepentingan rakyat. Tanpa akhlakul kharimah sulit rasanya meraih simpati rakyat dalam upaya merealisasikan mimpi 12 juta kader di pemilu mendatang.

“Sudah cukup kita bermimpi. Kini saatnya kita selaku fungsionaris, kader, dan simpatisan PPP saling bergandengan tangan menyatukan kekuatan dan seiring sejalan dalam perjuangan merealisasikan mimpi. Langkah perjuangan yang tetap memberi tempat untuk terus mengasah kemampuan diri guna meningkatkan SDM dalam rangka memperbesar ruang kontribusi kita selaku kader PPP kepada rakyat. Kita buktikan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa saat ini kita tengah berjihad membangun Indonesia sejahtera dan mandiri. Jihad yang akan cepat menjadi nyata jika mendapat dukungan dari rakyat selaku pemegang kedaulatan tertinggi di negeri ini,” tandas Arif.

(Miel Rora)
Share this article :

Posting Komentar